Wednesday, March 20, 2013

EARTH HOUR SURABAYA

Dear my Bloggie.... Dah lama saia tidak ngeblog lagi karena suatu hal yang tidak bisa dijelaskan.  Jadi mumpung ini saia punya sesuatu hal yang sangat penting dan akan bermanfaat untuk anak cucu kita kelak kedepannya maka saia akan menulis tentang efek dari pemanasan global buat bumi kita tercinta. Eh iya Bloggie bentar lagi kan diseluruh dunia akan ngerayain EARTH HOUR yang even ini diselenggarakan tiap tahun buat menyelamatkan bumi kita dari kerusakan yang akan merugikan kita kelak. Tanpa banyak cingcong ini dia penjelasan saia... Cekidot Rek.... 

Pemanasan global

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980.
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab pemanasan global

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]

Model iklim

Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim.[17] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

Dampak pemanasan global

Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Iklim mulai tidak stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini)[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.

Peningkatan permukaan laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

Suhu global cenderung meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Perdebatan tentang pemanasan global

Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.[22]
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.

Pengendalian pemanasan global

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

Persetujuan internasional

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
Ehem.....Gimana Bloggie Rumit kan tapi kita kudu tetap waspada untuk membenahi dan menyelamatkan bumi kita dari faktor-faktor yang akan memberatkannya. Gimana cara kita menyelamatkan bumi kita yaitu dimulai dari sekitar kita yang paling mudah. Nah makanya para pecinta bumi kita mengadakan EARTH HOUR dimana acaranya akan memadamkan lampu selama 1 jam dan sekaligus berfikir sejenak bagaimana manusia sekarang bisa hidup tanpa adanya energi listrik dimana energi tersebut diambil dari permukaan bumi kita tercinta. Makanya cintailah dan peliharalah bumi ini dengan segala apa yang ada didalamnya termasuk ekosistem yang ada.  Dan ini ada beberapa ulasan earth hour dari segala penjuru didunia yang ikut berpartisipasi dari tahun 2008 hingga 2012. Mau tau apa sehh EARTH HOUR ato yang bahasa Indonesianya JAM BUMI itu... Nih Cekidot ya rekk.....

Jam Bumi

Logo Earth Hour
Jam Bumi (Inggris: Earth Hour) adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh WWF (World Wide Fund for Nature, juga dikenal sebagai World Wildlife Fund) dan diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya yang meminta rumah-rumah dan perkantoran untuk memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak perlu selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim. Jam Bumi dicetuskan oleh WWF dan The Sydney Morning Herald tahun 2007 ketika 2,2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dengan memadamkan semua lampu yang tidak perlu.[1] Setelah Sydney, banyak kota-kota lain di seluruh dunia ikut berpartisipasi pada tahun 2008.[2][3] Earth Hour 2012 akan dilaksanakan pada 31 Maret 2012 pukul 20.30 sampai 21.30

2012

Earth Hour 2012 dilaksanakan pada 31 Maret 2012.

Negara dan teritori peserta

Afrika
Asia
Eropa

Amerika Utara
Oseania

Amerika Selatan

Antarktika

2011

Earth Hour 2011 dilaksanakan pada 26 Maret 2011.

Negara dan teritori peserta

Afrika
Asia
Eropa

Amerika Utara
Oseania

Amerika Selatan

Antarktika

2010

Struktur logam rumah kaca Kebun Botani Curitiba (Curitiba, Paraná, Brasil Selatan), dengan pemadaman lampu pada 27 Maret 2010
Earth Hour 2010 diadakan pada pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat tanggal 27 Maret.[4] Di Israel, Earth Hour diadakan pada 22 April.[5]
Earth Hour 2010 disebut-sebut sebagai Earth Hour terbesar yang bertujuan mendapatkan lebih banyak peserta dibanding satu milyar orang pada Earth Hour 2009.[6]
126 negara berpartisipasi dalam Earth Hour 2010.[7]
Di Amerika Serikat, survei menunjukkan bahwa sekitar 90.000.000 warga Amerika Serikat berpartisipasi dalam Earth Hour ketika lampu dipadamkan di seluruh negara ini, termasuk markah tanah seperti Mount Rushmore, Las Vegas Strip, Empire State Building dan Air Terjun Niagara.
Earth Hour akan dilakukan secara rutin, yaitu ketika kota-kota dan markah tanah menerapkan prinsip utama memadamkan lampu sebagai aktivitas harian mereka. Di Chicago, Bulding Owners and Managers Association (BOMA) membuat petunjuk penerangan untuk mengurangi polusi cahaya dan mengurangi jejak karbon di bangunan-bangunan pusat kota. Mount Rushmore di South Dakota mulai memadamkan lampu setiap malam pada pukul 21.00 dibandingkan 23.00 seperti biasanya.
Di Vietnam, permintaan listrik turun 500.000 kWh selama Earth Hour 2010, jumlah ini tiga kali lebih besar dibandingkan ketika negara ini pertama kali berpartisipasi tahun 2009.[8]
Di Filipina, 1.067 kota dan lebih dari 15 juta warga Filipina berpartisipasi pada tahun 2010.
Sekitar 4000 kota turut ambil bagian, termasuk bangunan terkenal seperti Big Ben, Empire State Building, Sydney Opera House, Menara Eiffel, Parthenon, Gerbang Brandenburg, dan Kota Terlarang.[9]
Duta selebriti Earth Hour yang ikut mempromosikan kegiatan ini adalah:
Earth Hour mendapat dukungan dari berbagai perusahaan seperti Coca-Cola Enterprises, Wells Fargo, IKEA, HSBC, PwC, Accenture dan Nokia Siemens Networks.

Saluran TV dan radio

  • National Geographic Channel Asia berhenti mengudara selama periode Earth Hour.
  • Saluran berita kabel Filipina, ABS-CBN Broadcasting Corporation ANC kembali berhenti mengudara selama Earth Hour.
  • Saluran FBNC berpartisipasi dalam Earth Hour Vietnam.
  • The Agenda with Steve Paikin di TVOntario kembali menyiarkan program secara penuh menggunakan cahaya lilin.

Media lingkungan inovatif

Agen periklanan Australia, Wunderman Sydney membuat pemasaran ramah lingkungan yang inovatif untuk mendukung Earth Hour, klien mereka sejak 2009. Untuk mendorong perusahaan-perusahaan agar berpartisipasi dalam Earth Hour 2010, lima ribu 'Plant Spikes'[11] diproduksi dan disebarluaskan ke berbagai perkantoran di seluruh Australia. Daun spike ini dirancang untuk disisipkan ke tanaman pot perkantoran oleh perusahaan tanaman TPR Group yang memiliki pelayanan tanaman perkantoran di seluruh Australia.
Untuk menjamin agar daun spike ini ramah lingkungan sepenuhnya, agen periklanan ini bekerjasama dengan penerbitan STI Lilyfield untuk menemukan tinta organik yang berisi pupuk tanaman alami dari Durvillaea potatorum dan ekstrak Ascophyllum nodosum (diambil secara berkelanjutan) untuk mempromosikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan memperbarui kekebalan terhadap serangan serangga dan jamur. Dicetak di kertas bersertifikasi FSC 100%, tinta ini juga menjadi pupuk bagi tanaman pot ketika daun spike ini secara alami terurai dalam tanah pot tersebut.

Earth Hour 2009

Untuk meningkatkan kesadaran untuk Earth Hour 2009 selama satu minggu sebelumnya, Arla Foods mewarnai karton susu mereka menjadi hitam-kelabu dari yang biasanya putih-hijau.
Earth Hour 2009 diadakan mulai pukul 20:30 hingga 21:30 waktu lokal, 28 Maret 2009. 88 negara dan 4.088 kota berpartisipasi dalam Earth Hour 2009, sepuluh kali lebih banyak daripada Earth Hour 2008 (400 kota).[12] Satu milyar "suara" adalah tujuan Earth Hour 2009,[13] dalam rangka menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB 2009.
Di antara para peserta tahun 2009 adalah, untuk pertama kalinya, Markas Besar PBB di New York City.[14] PBB memperkirakan bahwa partisipasinya akan menghemat energi listrik senilai $102. [15]
Laporan memperlihatkan bahwa Amerika Serikat menempati peringkat teratas partisipasi Earth Hour dengan 80.000.000 orang, 318 kota dan 8 negara bagian berpartisipasi. Filipina berpartisipasi dengan 647 kota dan desa atau lebih dari 15 juta penduduk Filipino diperkirakan bergabung dalam pemadaman lampu satu jam pada 20:30 - 21:30 waktu lokal. Diikuti oleh Yunani dengan 484 kota dan desa, dan Australia dengan 309 kota. [16] [17]
Salah satu provinsi Kanada, Ontario, tak termasuk kota Toronto, memperlihatkan penurunan permintaan listrik sebesar 6% sementara Toronto mengalami penurunan 15.1% (hampir berlipat dari 8.7% pada tahun sebelumnya) setelah banyak perkantoran digelapkan, termasuk CN Tower.[18]
Operator listrik Swedia Svenska Kraftnät mencatat penurunan konsumsi listrik 2.1% dari jumlah yang diperkirakannya antara pukul 20:00 dan 21:00. Di jam berikutnya, jumlah ini mencapai 5%.[19] Ini menyamai konsumsi sekitar setengah juta rumah dari total 4.5 juta rumah di Swedia.[20]
Menurut Perusahaan Listrik Vietnam, permintaan listrik Vietnam turun hingga 140.000 kWh selama Earth Hour.
Filipina mampu menghemat 611 MWh listrik selama masa satu jam tersebut, dan dikatakan sama dengan mengistirahatkan selusin pembangkit listrik tenaga batubara selama satu jam. [17]

Partisipasi

Negara

96 negara di 6 benua berpartisipasi dalam kegiatan ini pada 2009.

Saluran TV yang berpartisipasi

  • National Geographic Channel Asia menunda siaran pada 28 Maret 2009 pukul 20.30 hingga 21.30.
  • Saluran berita kabel ABS-CBN Broadcasting Corporation Filipina, ANC berhenti siaran selama Earth Hour. [21]
  • 8TV Malaysia berhenti siaran selama satu jam mulai 20:30.[22]
  • Canal 5 di Meksiko berhenti siaran selama satu jam di Mexico City pada pukul 20:30.[rujukan?]
  • Cartoon Network dan Magic 105.4 FM menyiarkan Earth Hour pada pukul 20:30 selama acara ini berlangsung.
  • National Geographic Channel menunda program regulernya selama satu jam dan memperlihatkan cara mengurangi konsumsi listrik selama Earth Hour.
  • DhiTV dan Villa TV berhenti siaran selama satu jam di Maladewa mulai 20:30.
  • Radio internet Zone 105 dan X FM Naga di Naga City, Filipina berpartisipasi dalam Earth Hour 2009 dengan memadamkan seluruh peralatan mereka dan mulai berhenti pada pukul 20:30 (GMT +8).[23]
  • Radiotelevisión Española (RTVE) memadamkan lampu di ruang berita mereka pada 28 Maret 2009 pukul 20.30 sampai 21.30.

Earth Hour 2008

Earth Hour 2008 diadakan secara internasional pada 29 Maret 2008 mulai pukul 20.00 hingga 21.00 waktu setempat, menandai perayaan pertama acara ini. Dengan 35 negara di seluruh dunia berpartisipasi sebagai kota peserta resmi dan lebih dari 400 kota juga mendukung, Earth Hour 2008 diselenggarakan di 7 benua. Markah tanah terkenal di seluruh dunia memadamkan lampu mereka untuk Earth Hour, termasuk Sydney Opera House (Sydney, Australia), Empire State Building (New York City, AS), Sears Tower (sekarang Willis Tower, Chicago, AS), Golden Gate Bridge (San Francisco, AS), Bank of America Plaza (Atlanta, AS), Space Needle (Seattle, USA), Pegunungan Table (Cape Town, Afrika Selatan), Colosseum (Roma, Italia), Royal Castle (Stockholm, Swedia), London City Hall (Britania Raya), CN Tower (Toronto, Kanada), SM Mall of Asia, SM Science Discovery Center (Manila, Filipina), Suva (Fiji), Nidaros Cathedral (Trondheim, Norwegia), Royal Liver Building (Liverpool, Britania Raya), Menara Kembar Petronas (Kuala Lumpur, Malaysia), KL Tower (Kuala Lumpur, Malaysia), Kuil Buddha Wat Arun (Bangkok, Thailand) dan Azrieli Center (Tel Aviv, Israel).
Situs web resmi untuk acara ini, earthhour.org, menerima sekitar 6.7 juta pengunjung dalam minggu-minggu menjelang Earth Hour. Situs web lain juga ambil bagian dalam acara ini, dengan halaman utama Google menjadi "gelap" pada hari ketika Earth Hour dilaksanakan.
Menurut survei daring Zogby International, 36 juta orang berpartisipasi dalam Earth Hour 2008. Survei ini juga memperlihatkan peningkatan 4 persen dalam kesadaran terhadap masalah lingkungan seperti perubahan iklim, langsung setelah acara ini.[March 2009]

Peserta 2008

Kota rekanan

Earth Hour 2008 terdiri dari kota rekanan berikut ini.[24]
Asia

Eropa

Amerika Utara

Oseania

Amerika Selatan

Kota pendukung

182 kota dan daerah di seluruh dunia turut mendukung kegiatan ini.[25][26]

Penjadwalan

Sydney Harbour Bridge dan Opera House digelapkan selama Earth Hour 2007.
Sebelum 2008, San Francisco telah menjalankan program "Lights Out" bulan Oktober.[27] Untuk tahun 2008, waktunya dipindahkan ke 29 Maret agar dapat bersamaan dengan Earth Hour Australia. Ini juga terjadi supaya 2008 menjadi tahun ketika Earth Hour menjadi kegiatan internasional dan San Francisco diminta sebagai kota mitra Earth Hour. Daripada memiliki acara saingan, San Francisco memutuskan mendukung Earth Hour dan semua kegiatan Lights Out sekarang menjadi bagian dari kegiatan internasional Earth Hour. Sejak Earth Hour tahun 2008 diselenggarakan hari Sabtu, banyak sekolah menengah atas di Wilayah Toronto Raya berpartisipasi dengan memadamkan setengah lampu di ruang kelas selama jam terakhir sekolah hari Jumat, 28 Maret 2008. Meskipun slogan Earth Hour 2008 secara resmi adalah, "See the difference you can make," iklan radio resmi berakhir dengan, "Dark city, bright idea."
Azrieli Center di Tel Aviv dipadamkan pada Earth Hour 2010.
Tel Aviv menjadwalkan Earth Hour mereka pada Kamis 27 Maret 2008 untuk menghindari benturan dengan Sabbath.[28] Dublin memindahkan Earth Hour mereka ke antara pukul 9 dan 10 malam, karena lokasi geografisnya di utara.[29]

Energi yang dihemat

Colosseum digelapkan untuk Earth Hour 2008
Auditorio de Tenerife digelapkan untuk Earth Hour
Menurut WWF Thailand, Bangkok mengurangi penggunaan listrik sebesar 73.34 megawatt, yang berarti satu jam sama dengan 41.6 ton karbon dioksida.[30] Bangkok Post memberikan jumlah 165 megawatt-jam dan 102 ton karbon dioksida. Ini sangat kurang dibanding kampanye yang dicanangkan Balai Kota Bangkok satu tahun sebelumnya di bulan Mei yang mengatakan 530 megawatt-jam dihemat dan 143 ton emisi karbon dioksida dipotong.[31]
Di Filipina, tercatat oleh Philippine Electricity Market Corp. bahwa konsumsi tenaga jatuh hingga sekitar 78.63 megawatt di Metro Manila, dan 102.2 megawatt di Pulau Luzon.[32] Permintaan maksimum turun hingga 39 MW terjadi pada pukul 20.14 di Metro Manila dan 116 MW pada 8.34 di Pulau Luzon.[33].
Toronto menghemat 900 megawatt-jam listrik. 8.7% dihemat bila diukur dengan malam Sabtu biasa pada bulan Maret.[34]
Irlandia, secara keseluruhan memiliki pengurangan penggunaan listrik sebesar 1.5% pada malam itu.[35] Dalam periode tiga jam antara 18:30 dan 21:30, terdapat pengurangan 50 megawatt, menghemat 150 megawatt-jam, atau sekitar 6 ton karbon dioksida. Ini menghemat kurang dari jumlah keluaran karbon satu orang Irlandia selama satu tahun penuh.[36]
Golden Gate Bridge dan taman terbuka umum Marin Headlands di belakang, sebelum (inset) dan dan selama Earth Hour 2008
Di Dubai, sementara lampu luar di beberapa markah tanah besar dipadamkan dan lampu jalan di beberapa wilayah diredupkan hingga 50%, Electricity and Water Authority melaporkan penghematan 100 megawatt-jam listrik. Ini merupakan pengurangan 2.4% penggunaan listrik dibandingkan jam ini dimulai.[37]
Sky Tower di Auckland, Selandia Baru, menghentikan mandi cahayanya selama Earth Hour dan melanjutkannya kembali setelah itu.
Hasil terbaik berasal dari kota Christchurch, Selandia Baru. Kota ini melaporkan pengurangan 13% penggunaan listrik. Tetapi Transpower melaporkan bahwa konsumsi tenaga Selandia Baru selama Earth Hour adalah 335 megawatt, lebih tinggi dari rata-rata 328 megawatt dua Sabtu sebelumnya.[38] Melbourne, Australia menghemat 10.1% penggunaan listriknya. Sydney, kota yang berpartisipasi dalam Earth Hour 2007 dan 2008, menghemat 8.4% konsumsi listrik. Walaupun lebih rendah daripada 10.2% pada tahun 2007, direktur eksekutif Earth Hour Andy Ridley mengklaim bahwa setelah mempertimbangkan ruang kesalahan, partisipasi kota ini sama seperti tahun sebelumnya.[39].
Hasil terburuk berasal dari Calgary, Kanada. Konsumsi tenaga kota naik 3.6% selama penggunaan listrik mencapai puncaknya di jam itu. [40] Di Calgary, cuaca memainkan peran besar dalam konsumsi tenaga, kota ini mengalami cuaca 12 °C lebih dingin dari temperatur Sabtu sebelumnya.[41]

Perayaan di seluruh dunia

Tiga foto ini memperlihatkan markah tanah Malaysia, Menara Kembar Petronas di pusat kota Kuala Lumpur, Malaysia memadamkan lampunya (dari atas ke bawah) untuk merayakan Earth Hour tanggal 28 Maret 2009.

Google

Cuplikan web halaman utama Google Canada yang 'digelapkan' pada 29 Maret 2008.
Earth Hour juga menerima publisitas gratis dari Google. Mulai 12:00 siang tanggal 29 Maret 2008 hingga akhir Earth Hour, halaman utama Google di Amerika Serikat, Kolombia, Kanada, Denmark, Irlandia dan Britania Raya menggunakan latar belakang hitam. Slogan mereka adalah, "We've turned the lights out. Now it's your turn - Earth Hour." [50] Sebuah kesalahpahaman populer bahwa latar belakang hitam dalam situs web mengurangi konsumsi tenaga pada monitor; monitor LCD menggunakan jumlah tenaga yang tetap tanpa melihat apa warna halaman webnya. Lain halnya dengan monitor LED Organik[51], meskipun tidak terlalu banyak digunakan.

Saluran TV

  • Earth Hour diliput secara luas di Amerika Serikat dengan segmen di Oprah, NBC Nightly News, CBS Evening News, The Today Show, Good Morning America, CNN, CNN International, The Weather Channel dan lainnya. Beberapa stasiun TV di Amerika Serikat melakukan liputan langsung termasuk NBC di Atlanta yang menyiarkan Earth Hour selama satu jam selama acara itu.
  • The Weather Network Kanada memindahkan studionya ke luar bangunan antara pukul 20.00 dan 21.00 EDT untuk Earth Hour, hanya menggunakan lampu LED selama jam itu.[52]
  • The Agenda dengan Steve Paikin di TVOntario menjalankan programnya secara penuh hanya menggunakan cahaya lilin. [53]
Nah Bloggie... banyak toh yang ikut menyukseskan kegiatan earth hour ini termasuk di negara kita ini yang peduli akan bumi kita tercinta. Eh iya hampir lupa kalau Bloggie mau ikutan acara EARTH HOUR 2013 ini akan diselenggarakan serentak pada tanggal 23 Maret 2013 termasuk Indonesia. Khusus yang ada diSurabaya ini dia tenpat yang bakal ikut berpartisipasi..... Cekidot rekk....

Description

ETS-2013-03-04-011-E-P-60+ earth hour-
60+ EARTH HOUR 2013
Date: Saturday, 23 March, 2012
Time: 8.30- 9.30 pm
Venue: Grand City Surabaya Outdoor Parking Area
Jl Walikota Mustajab, Kusuma Bangsa Surabaya
INI  AKSIKU! MANA AKSIMU?
(Surabaya, City Guide)
ETS-2013-03-05-021-E-EARTH HOUR 2013 at Grand City Surabaya
source grand city

Description

ETS-2013-03-16-069-E-P-eart hour 2013a
Say \”I Will if You Will\” and join us in celebration of Earth Hour 2013 to show the world what you\’re willing to do to save the planet.
Every small effort you do to save the planet has on overall enormous global impact.

Earth Hour 2013 at Sheraton Surabaya Hotel & Towers
Join us at Lobby Area – 23 March 2013 from 08.30 PM until 9.30 PM
Venue: Sheraton Surabaya Hotel & Towers, Jl Embong Malang Surabaya

Ini aksiku, mana aksimu?
(Event TransSurabaya)
ETS-2013-03-16-076-E-Earth Hour 2013 at Sheraton Surabaya Hotel & Towers
Nah gimana..... Bloggie mau ikutan kan...??? Gabung aja sama saia coz saia lagi gabung sama komunitas nih Levitasi Hore Surabaya yang akan bekerja sama untuk menyukseskan acara Earth Hour ini. Monggo para Bloggieku tercinta ikutan yah ditempat kalian masing-masing yang akan diselenggarakan oleh para official Earth Hour yang ada dikota kalian semua. Semoga tulisan saia bermanfaat bagi kalian semua.... AMIEN. Sesuai sengan logo Earth Hour teriakkan bersama yang kuerasssssss......... INI AKSIKU MANA AKSIMU....... Luph u all.... Sampai ketemu di acara ini. Hampir lupa saia dan komunitas Levitasi Hore Surabaya akan ikutan di Grandcity mall Surabaya. :)