Dear my Bloggie.... Dah lama saia tidak ngeblog lagi karena suatu hal yang tidak bisa dijelaskan. Jadi mumpung ini saia punya sesuatu hal yang sangat penting dan akan bermanfaat untuk anak cucu kita kelak kedepannya maka saia akan menulis tentang efek dari pemanasan global buat bumi kita tercinta. Eh iya Bloggie bentar lagi kan diseluruh dunia akan ngerayain EARTH HOUR yang even ini diselenggarakan tiap tahun buat menyelamatkan bumi kita dari kerusakan yang akan merugikan kita kelak. Tanpa banyak cingcong ini dia penjelasan saia... Cekidot Rek....
Pemanasan global
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah
dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1]
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa
mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan
dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah
stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana
pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih
terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan
pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Penyebab pemanasan global
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi
panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud
radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana
yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang
ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan
di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai
proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang
menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara
sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah
kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan
sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan
akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga
akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas,
awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa
detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain
karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km
untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila
dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC
ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4]
Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun
air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi
Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak
lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]
Model iklim
Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan
model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida,
transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa
penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model
ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada
iklim yang lebih hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas
rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1]
Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab
perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan
yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab,
baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan
perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir,
tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim.[17]
Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang
terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau
aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak
tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa
depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya
dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon;
yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya
masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara
penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan
ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun
sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.[21]
Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai
apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak
langsung dari variasi Matahari.
Dampak pemanasan global
Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi,
dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan
model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai
dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)
akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang
sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi.
Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan
semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih
panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi
pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan
membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya
Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata,
sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah
hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini)[22]. Badai
akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola
yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya
dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub,
terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh
dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan
para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35
inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di
daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen
daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi
dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di
daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar
untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin
mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat.
Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan
daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida Everglades.
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak
sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada,
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air
irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami,
akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan
hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara
atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat
mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan
kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem)
baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim
ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus,
bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang
target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun
punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga
akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang
/ kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai
juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease.
Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak
terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Perdebatan tentang pemanasan global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan
global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar
meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi
tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang
keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah
bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan
global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan
suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan
dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung
menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi
model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada
iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada
pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali
pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20
hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer,
lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan
tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari
tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol,
memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan
berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya
kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang
diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para
ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data
untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration
(NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh
para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil
pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu
laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat
Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit
perubahan tetapi cukup berarti.[22]
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih
sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut
beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan
pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada
bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences
untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi
tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih
rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.
Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total bahan bakar fosil
di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang
dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini
adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk
mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah
pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah
masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di
pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan
tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum
dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat
yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara
ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon
lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya,
menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan
telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang
tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya
ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian
atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah
dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya
dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan
bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi
pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa
digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan
bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi
jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan
karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi
bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir
lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir,
walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang
berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil,
150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju
untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat.
Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38
negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam
melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5
persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai
paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat
mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius,
menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa,
yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen;
dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush
mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut
menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan
bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan
pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh
apa-apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55
persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya.
Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika
perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi
bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan
yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara
berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan
separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini
memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat
terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan
perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan
bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang
diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar
dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung
Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88
milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam
bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan
proses industri yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya
dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan
tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai
contoh, Belanda,
negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil
mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya
dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto
bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum
terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib
diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca.
Para negoisator merancang sistem dimana
suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat
mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke
negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon.
Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti
Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh
dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh
keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia
sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian
Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat
1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara
industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
Ehem.....Gimana Bloggie Rumit kan tapi kita kudu tetap waspada untuk membenahi dan menyelamatkan bumi kita dari faktor-faktor yang akan memberatkannya. Gimana cara kita menyelamatkan bumi kita yaitu dimulai dari sekitar kita yang paling mudah. Nah makanya para pecinta bumi kita mengadakan EARTH HOUR dimana acaranya akan memadamkan lampu selama 1 jam dan sekaligus berfikir sejenak bagaimana manusia sekarang bisa hidup tanpa adanya energi listrik dimana energi tersebut diambil dari permukaan bumi kita tercinta. Makanya cintailah dan peliharalah bumi ini dengan segala apa yang ada didalamnya termasuk ekosistem yang ada. Dan ini ada beberapa ulasan earth hour dari segala penjuru didunia yang ikut berpartisipasi dari tahun 2008 hingga 2012. Mau tau apa sehh EARTH HOUR ato yang bahasa Indonesianya JAM BUMI itu... Nih Cekidot ya rekk.....
Jam Bumi
Jam Bumi (Inggris: Earth Hour) adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh WWF (World Wide Fund for Nature,
juga dikenal sebagai World Wildlife Fund) dan diadakan pada Sabtu
terakhir bulan Maret setiap tahunnya yang meminta rumah-rumah dan
perkantoran untuk memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak perlu selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim. Jam Bumi dicetuskan oleh WWF dan The Sydney Morning Herald tahun 2007 ketika 2,2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dengan memadamkan semua lampu yang tidak perlu.[1] Setelah Sydney, banyak kota-kota lain di seluruh dunia ikut berpartisipasi pada tahun 2008.[2][3] Earth Hour 2012 akan dilaksanakan pada 31 Maret 2012 pukul 20.30 sampai 21.30
2012
Negara dan teritori peserta
2011
Negara dan teritori peserta
2010
Earth Hour 2010 diadakan pada pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat tanggal 27 Maret.[4] Di Israel, Earth Hour diadakan pada 22 April.[5]
Earth Hour 2010 disebut-sebut sebagai Earth Hour terbesar yang
bertujuan mendapatkan lebih banyak peserta dibanding satu milyar orang
pada Earth Hour 2009.[6]
126 negara berpartisipasi dalam Earth Hour 2010.[7]
Di Amerika Serikat, survei menunjukkan bahwa sekitar 90.000.000 warga
Amerika Serikat berpartisipasi dalam Earth Hour ketika lampu dipadamkan
di seluruh negara ini, termasuk markah tanah seperti Mount Rushmore, Las Vegas Strip, Empire State Building dan Air Terjun Niagara.
Earth Hour akan dilakukan secara rutin, yaitu ketika kota-kota dan
markah tanah menerapkan prinsip utama memadamkan lampu sebagai aktivitas
harian mereka. Di Chicago, Bulding Owners and Managers Association (BOMA) membuat petunjuk penerangan untuk mengurangi polusi cahaya dan mengurangi jejak karbon di bangunan-bangunan pusat kota. Mount Rushmore di South Dakota mulai memadamkan lampu setiap malam pada pukul 21.00 dibandingkan 23.00 seperti biasanya.
Di Vietnam,
permintaan listrik turun 500.000 kWh selama Earth Hour 2010, jumlah ini
tiga kali lebih besar dibandingkan ketika negara ini pertama kali
berpartisipasi tahun 2009.[8]
Di Filipina, 1.067 kota dan lebih dari 15 juta warga Filipina berpartisipasi pada tahun 2010.
Sekitar 4000 kota turut ambil bagian, termasuk bangunan terkenal seperti Big Ben, Empire State Building, Sydney Opera House, Menara Eiffel, Parthenon, Gerbang Brandenburg, dan Kota Terlarang.[9]
Duta selebriti Earth Hour yang ikut mempromosikan kegiatan ini adalah:
- Uskup Besar Desmond Tutu (penerima Hadiah Nobel dari Afrika Selatan)
- Helen Clark (mantam Perdana Menteri Selandia Baru, ketua UNDP)
- Valdas Adamkus (mantan Presiden Lituania)
- Nguyễn Minh Triết (Presiden Vietnam)[10]
- Boris Johnson (Walikota London)
- Tom Brady (pemain sepak bola NFL)
- Gisele Bündchen (supermodel internasional)
- Steve Nash (pemain basket NBA)
- Leona Lewis (bintang pop internasional)
- The Cranberries (band rock Irlandia)
- Andox and Box (Hong Kong)
- Melanie Chisholm (bekas anggota Spice Girls)
- Li Yuchun (penyanyi Cina)
- Abhishek Bachchan (aktor Bollywood India)
Earth Hour mendapat dukungan dari berbagai perusahaan seperti Coca-Cola Enterprises, Wells Fargo, IKEA, HSBC, PwC, Accenture dan Nokia Siemens Networks.
Saluran TV dan radio
- National Geographic Channel Asia berhenti mengudara selama periode Earth Hour.
- Saluran berita kabel Filipina, ABS-CBN Broadcasting Corporation ANC kembali berhenti mengudara selama Earth Hour.
- Saluran FBNC berpartisipasi dalam Earth Hour Vietnam.
- The Agenda with Steve Paikin di TVOntario kembali menyiarkan program secara penuh menggunakan cahaya lilin.
Media lingkungan inovatif
Agen periklanan Australia, Wunderman
Sydney membuat pemasaran ramah lingkungan yang inovatif untuk mendukung
Earth Hour, klien mereka sejak 2009. Untuk mendorong
perusahaan-perusahaan agar berpartisipasi dalam Earth Hour 2010, lima
ribu 'Plant Spikes'[11]
diproduksi dan disebarluaskan ke berbagai perkantoran di seluruh
Australia. Daun spike ini dirancang untuk disisipkan ke tanaman pot
perkantoran oleh perusahaan tanaman TPR Group yang memiliki pelayanan
tanaman perkantoran di seluruh Australia.
Untuk menjamin agar daun spike ini ramah lingkungan sepenuhnya, agen
periklanan ini bekerjasama dengan penerbitan STI Lilyfield untuk
menemukan tinta organik yang berisi pupuk tanaman alami dari Durvillaea potatorum dan ekstrak Ascophyllum nodosum
(diambil secara berkelanjutan) untuk mempromosikan pertumbuhan tanaman
yang sehat dan memperbarui kekebalan terhadap serangan serangga dan
jamur. Dicetak di kertas bersertifikasi FSC 100%, tinta ini juga menjadi pupuk bagi tanaman pot ketika daun spike ini secara alami terurai dalam tanah pot tersebut.
Earth Hour 2009
Wikinews bahasa Inggris memberitakan: Businesses and individuals worldwide to turn lights off as part of Earth Hour 2009 |
Earth Hour 2009 diadakan mulai pukul 20:30 hingga 21:30 waktu lokal,
28 Maret 2009. 88 negara dan 4.088 kota berpartisipasi dalam Earth Hour
2009, sepuluh kali lebih banyak daripada Earth Hour 2008 (400 kota).[12] Satu milyar "suara" adalah tujuan Earth Hour 2009,[13] dalam rangka menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB 2009.
Di antara para peserta tahun 2009 adalah, untuk pertama kalinya, Markas Besar PBB di New York City.[14] PBB memperkirakan bahwa partisipasinya akan menghemat energi listrik senilai $102. [15]
Laporan memperlihatkan bahwa Amerika Serikat menempati peringkat teratas partisipasi Earth Hour dengan 80.000.000 orang, 318 kota dan 8 negara bagian berpartisipasi. Filipina berpartisipasi dengan 647 kota dan desa atau lebih dari 15 juta penduduk Filipino
diperkirakan bergabung dalam pemadaman lampu satu jam pada 20:30 -
21:30 waktu lokal. Diikuti oleh Yunani dengan 484 kota dan desa, dan
Australia dengan 309 kota. [16] [17]
Salah satu provinsi Kanada, Ontario, tak termasuk kota Toronto, memperlihatkan penurunan permintaan listrik sebesar 6% sementara Toronto mengalami penurunan 15.1% (hampir berlipat dari 8.7% pada tahun sebelumnya) setelah banyak perkantoran digelapkan, termasuk CN Tower.[18]
Operator listrik Swedia Svenska Kraftnät
mencatat penurunan konsumsi listrik 2.1% dari jumlah yang
diperkirakannya antara pukul 20:00 dan 21:00. Di jam berikutnya, jumlah
ini mencapai 5%.[19] Ini menyamai konsumsi sekitar setengah juta rumah dari total 4.5 juta rumah di Swedia.[20]
Menurut Perusahaan Listrik Vietnam, permintaan listrik Vietnam turun hingga 140.000 kWh selama Earth Hour.
Filipina
mampu menghemat 611 MWh listrik selama masa satu jam tersebut, dan
dikatakan sama dengan mengistirahatkan selusin pembangkit listrik tenaga
batubara selama satu jam. [17]
Partisipasi
Negara
96 negara di 6 benua berpartisipasi dalam kegiatan ini pada 2009.
Saluran TV yang berpartisipasi
- National Geographic Channel Asia menunda siaran pada 28 Maret 2009 pukul 20.30 hingga 21.30.
- Saluran berita kabel ABS-CBN Broadcasting Corporation Filipina, ANC berhenti siaran selama Earth Hour. [21]
- 8TV Malaysia berhenti siaran selama satu jam mulai 20:30.[22]
- Canal 5 di Meksiko berhenti siaran selama satu jam di Mexico City pada pukul 20:30.[rujukan?]
- Cartoon Network dan Magic 105.4 FM menyiarkan Earth Hour pada pukul 20:30 selama acara ini berlangsung.
- National Geographic Channel menunda program regulernya selama satu jam dan memperlihatkan cara mengurangi konsumsi listrik selama Earth Hour.
- DhiTV dan Villa TV berhenti siaran selama satu jam di Maladewa mulai 20:30.
- Radio internet Zone 105 dan X FM Naga di Naga City, Filipina berpartisipasi dalam Earth Hour 2009 dengan memadamkan seluruh peralatan mereka dan mulai berhenti pada pukul 20:30 (GMT +8).[23]
- Radiotelevisión Española (RTVE) memadamkan lampu di ruang berita mereka pada 28 Maret 2009 pukul 20.30 sampai 21.30.
Earth Hour 2008
Earth Hour 2008 diadakan secara internasional pada 29 Maret 2008 mulai pukul 20.00 hingga 21.00 waktu setempat, menandai perayaan pertama acara ini. Dengan 35 negara di seluruh dunia berpartisipasi sebagai kota peserta resmi dan lebih dari 400 kota juga mendukung, Earth Hour 2008 diselenggarakan di 7 benua. Markah tanah terkenal di seluruh dunia memadamkan lampu mereka untuk Earth Hour, termasuk Sydney Opera House (Sydney, Australia), Empire State Building (New York City, AS), Sears Tower (sekarang Willis Tower, Chicago, AS), Golden Gate Bridge (San Francisco, AS), Bank of America Plaza (Atlanta, AS), Space Needle (Seattle, USA), Pegunungan Table (Cape Town, Afrika Selatan), Colosseum (Roma, Italia), Royal Castle (Stockholm, Swedia), London City Hall (Britania Raya), CN Tower (Toronto, Kanada), SM Mall of Asia, SM Science Discovery Center (Manila, Filipina), Suva (Fiji), Nidaros Cathedral (Trondheim, Norwegia), Royal Liver Building (Liverpool, Britania Raya), Menara Kembar Petronas (Kuala Lumpur, Malaysia), KL Tower (Kuala Lumpur, Malaysia), Kuil Buddha Wat Arun (Bangkok, Thailand) dan Azrieli Center (Tel Aviv, Israel).
Situs web resmi untuk acara ini, earthhour.org, menerima sekitar 6.7 juta pengunjung dalam minggu-minggu menjelang Earth Hour. Situs web lain juga ambil bagian dalam acara ini, dengan halaman utama Google menjadi "gelap" pada hari ketika Earth Hour dilaksanakan.
Menurut survei daring Zogby International, 36 juta orang berpartisipasi dalam Earth Hour 2008. Survei ini juga memperlihatkan peningkatan 4 persen dalam kesadaran terhadap masalah lingkungan seperti perubahan iklim, langsung setelah acara ini.[March 2009]
Situs web resmi untuk acara ini, earthhour.org, menerima sekitar 6.7 juta pengunjung dalam minggu-minggu menjelang Earth Hour. Situs web lain juga ambil bagian dalam acara ini, dengan halaman utama Google menjadi "gelap" pada hari ketika Earth Hour dilaksanakan.
Menurut survei daring Zogby International, 36 juta orang berpartisipasi dalam Earth Hour 2008. Survei ini juga memperlihatkan peningkatan 4 persen dalam kesadaran terhadap masalah lingkungan seperti perubahan iklim, langsung setelah acara ini.[March 2009]
Peserta 2008
Kota rekanan
Earth Hour 2008 terdiri dari kota rekanan berikut ini.[24]
Asia |
Eropa |
Amerika Utara |
Oseania |
Amerika Selatan |
|
Kota pendukung
Penjadwalan
Sebelum 2008, San Francisco telah menjalankan program "Lights Out" bulan Oktober.[27]
Untuk tahun 2008, waktunya dipindahkan ke 29 Maret agar dapat bersamaan
dengan Earth Hour Australia. Ini juga terjadi supaya 2008 menjadi tahun
ketika Earth Hour menjadi kegiatan internasional dan San Francisco
diminta sebagai kota mitra Earth Hour. Daripada memiliki acara saingan,
San Francisco memutuskan mendukung Earth Hour dan semua kegiatan Lights
Out sekarang menjadi bagian dari kegiatan internasional Earth Hour.
Sejak Earth Hour tahun 2008 diselenggarakan hari Sabtu, banyak sekolah menengah atas di Wilayah Toronto Raya
berpartisipasi dengan memadamkan setengah lampu di ruang kelas selama
jam terakhir sekolah hari Jumat, 28 Maret 2008. Meskipun slogan Earth
Hour 2008 secara resmi adalah, "See the difference you can make," iklan
radio resmi berakhir dengan, "Dark city, bright idea."
Tel Aviv menjadwalkan Earth Hour mereka pada Kamis 27 Maret 2008 untuk menghindari benturan dengan Sabbath.[28] Dublin memindahkan Earth Hour mereka ke antara pukul 9 dan 10 malam, karena lokasi geografisnya di utara.[29]
Energi yang dihemat
Menurut WWF Thailand, Bangkok mengurangi penggunaan listrik sebesar 73.34 megawatt, yang berarti satu jam sama dengan 41.6 ton karbon dioksida.[30] Bangkok Post memberikan jumlah 165 megawatt-jam dan 102 ton karbon dioksida.
Ini sangat kurang dibanding kampanye yang dicanangkan Balai Kota
Bangkok satu tahun sebelumnya di bulan Mei yang mengatakan 530
megawatt-jam dihemat dan 143 ton emisi karbon dioksida dipotong.[31]
Di Filipina, tercatat oleh Philippine Electricity Market Corp. bahwa konsumsi tenaga jatuh hingga sekitar 78.63 megawatt di Metro Manila, dan 102.2 megawatt di Pulau Luzon.[32] Permintaan maksimum turun hingga 39 MW terjadi pada pukul 20.14 di Metro Manila dan 116 MW pada 8.34 di Pulau Luzon.[33].
Toronto menghemat 900 megawatt-jam listrik. 8.7% dihemat bila diukur dengan malam Sabtu biasa pada bulan Maret.[34]
Irlandia, secara keseluruhan memiliki pengurangan penggunaan listrik sebesar 1.5% pada malam itu.[35]
Dalam periode tiga jam antara 18:30 dan 21:30, terdapat pengurangan 50
megawatt, menghemat 150 megawatt-jam, atau sekitar 6 ton karbon
dioksida. Ini menghemat kurang dari jumlah keluaran karbon satu orang
Irlandia selama satu tahun penuh.[36]
Di Dubai,
sementara lampu luar di beberapa markah tanah besar dipadamkan dan
lampu jalan di beberapa wilayah diredupkan hingga 50%, Electricity and
Water Authority melaporkan penghematan 100 megawatt-jam listrik. Ini
merupakan pengurangan 2.4% penggunaan listrik dibandingkan jam ini
dimulai.[37]
Hasil terbaik berasal dari kota Christchurch, Selandia Baru. Kota ini melaporkan pengurangan 13% penggunaan listrik. Tetapi Transpower
melaporkan bahwa konsumsi tenaga Selandia Baru selama Earth Hour adalah
335 megawatt, lebih tinggi dari rata-rata 328 megawatt dua Sabtu
sebelumnya.[38] Melbourne, Australia menghemat 10.1% penggunaan listriknya. Sydney,
kota yang berpartisipasi dalam Earth Hour 2007 dan 2008, menghemat 8.4%
konsumsi listrik. Walaupun lebih rendah daripada 10.2% pada tahun 2007,
direktur eksekutif Earth Hour Andy Ridley mengklaim bahwa setelah
mempertimbangkan ruang kesalahan, partisipasi kota ini sama seperti tahun sebelumnya.[39].
Hasil terburuk berasal dari Calgary, Kanada. Konsumsi tenaga kota naik 3.6% selama penggunaan listrik mencapai puncaknya di jam itu. [40]
Di Calgary, cuaca memainkan peran besar dalam konsumsi tenaga, kota ini
mengalami cuaca 12 °C lebih dingin dari temperatur Sabtu sebelumnya.[41]
Perayaan di seluruh dunia
- Istana kerajaan Denmark, Istana Amalienborg dan Istana Gråsten, digelapkan atas perintah Ratu.[42]
- Nelly Furtado mengadakan konser gratis di Nathan Philips Square di Downtown Toronto untuk merayakan Earth Hour.[43]
- Di Toronto, Ontario, Environmental Outreach Team dari mahasiswa Universitas York menjalankan sesi informasi Earth Hour pada sore hari, dan Observatorium Universitas York memberikan sesi observasi umum tambahan.[44]
- Aktivitas melihat bintang diadakan di Ontario Science Centre di Toronto dan David Dunlap Observatory di Richmond Hill's David Dunlap Observatory.[45][46]
- Astronomy Ireland menggunakan teleskop bertenaga tinggi di Phoenix Park Dublin untuk membolehkan orang-orang melihat langit malam, yang biasanya ramai dengan cahaya kota.[36]
- Di Tel Aviv, Israel, sebuah konser gratis oleh Knesiyat Hasekhel diadakan di Rabin Square. Tenaga yang dibutuhkan untuk konser ini berasal dari sekumpulan pesepeda yang menggerakan generator pedal. Keseluruhkan tenaga disuplai oleh pembakaran generator yang menggunakan minyak falafel untuk tenaga.[47]
- Di Atlanta, CEO WWF AS, Carter Roberts dan Walikota Atlanta, Shirley Franklin secara simbolis menekan saklar raksasa dalam siaran langsung di televisi yang memulai gelombang pemadaman lampu di bangunan-bangunan di kota itu.
- Di San Francisco, sebuah acara publik yang diadakan EEF AS dihadiri oleh Walikota Gavin Newsom, pemain skateboard sekaligus peraih medali emas Brian Boitano, drummer Grateful Dead Mickey Hart dan selebriti lainnya. Mereka berkumpul untuk menyaksikan lampu dipadamkan dan mendengar musik Jason Damato.[rujukan?]
- Di Kuala Lumpur, Malaysia, lampu menara kembar tertinggi di dunia, Menara Kembar Petronas dipadamkan.[48]
- Di Mesir, lampu dipadamkan di Sphinx dan Piramida Besar Giza pada pukul 20:30-21:30.[49]
Earth Hour juga menerima publisitas gratis dari Google.
Mulai 12:00 siang tanggal 29 Maret 2008 hingga akhir Earth Hour,
halaman utama Google di Amerika Serikat, Kolombia, Kanada, Denmark,
Irlandia dan Britania Raya menggunakan latar belakang hitam. Slogan
mereka adalah, "We've turned the lights out. Now it's your turn - Earth
Hour." [50]
Sebuah kesalahpahaman populer bahwa latar belakang hitam dalam situs
web mengurangi konsumsi tenaga pada monitor; monitor LCD menggunakan
jumlah tenaga yang tetap tanpa melihat apa warna halaman webnya. Lain
halnya dengan monitor LED Organik[51], meskipun tidak terlalu banyak digunakan.
Saluran TV
- Earth Hour diliput secara luas di Amerika Serikat dengan segmen di Oprah, NBC Nightly News, CBS Evening News, The Today Show, Good Morning America, CNN, CNN International, The Weather Channel dan lainnya. Beberapa stasiun TV di Amerika Serikat melakukan liputan langsung termasuk NBC di Atlanta yang menyiarkan Earth Hour selama satu jam selama acara itu.
- The Weather Network Kanada memindahkan studionya ke luar bangunan antara pukul 20.00 dan 21.00 EDT untuk Earth Hour, hanya menggunakan lampu LED selama jam itu.[52]
- The Agenda dengan Steve Paikin di TVOntario menjalankan programnya secara penuh hanya menggunakan cahaya lilin. [53]
Nah Bloggie... banyak toh yang ikut menyukseskan kegiatan earth hour ini termasuk di negara kita ini yang peduli akan bumi kita tercinta. Eh iya hampir lupa kalau Bloggie mau ikutan acara EARTH HOUR 2013 ini akan diselenggarakan serentak pada tanggal 23 Maret 2013 termasuk Indonesia. Khusus yang ada diSurabaya ini dia tenpat yang bakal ikut berpartisipasi..... Cekidot rekk....
Description
60+ EARTH HOUR 2013
Date: Saturday, 23 March, 2012
Time: 8.30- 9.30 pm
Venue: Grand City Surabaya Outdoor Parking Area
Jl Walikota Mustajab, Kusuma Bangsa Surabaya
Date: Saturday, 23 March, 2012
Time: 8.30- 9.30 pm
Venue: Grand City Surabaya Outdoor Parking Area
Jl Walikota Mustajab, Kusuma Bangsa Surabaya
INI AKSIKU! MANA AKSIMU?
(Surabaya, City Guide)
ETS-2013-03-05-021-E-EARTH HOUR 2013 at Grand City Surabaya
source grand city
ETS-2013-03-05-021-E-EARTH HOUR 2013 at Grand City Surabaya
source grand city
Description
Say \”I Will if You Will\” and join us in celebration of Earth Hour
2013 to show the world what you\’re willing to do to save the planet.
Every small effort you do to save the planet has on overall enormous global impact.
Earth Hour 2013 at Sheraton Surabaya Hotel & Towers
Join us at Lobby Area – 23 March 2013 from 08.30 PM until 9.30 PM
Venue: Sheraton Surabaya Hotel & Towers, Jl Embong Malang Surabaya
Ini aksiku, mana aksimu?
(Event TransSurabaya)
ETS-2013-03-16-076-E-Earth Hour 2013 at Sheraton Surabaya Hotel & Towers
(Event TransSurabaya)
ETS-2013-03-16-076-E-Earth Hour 2013 at Sheraton Surabaya Hotel & Towers